Assiry art, 18 April 2020
Inilah salah satu kenangan karya kaligrafi dinding yang masih selalu
saya ingat hingga kini. Karya yang saya buat pertama kali saat baru
pertama masuk ke Pesantren LEMKA Sukabumi Th.2000, Saat umur saya baru
masuk angka 19 tahun. Masih imut kayaknya untuk anak milenial saat ini.
Nah dari sinilah karier bisnis kaligrafi terapan saya bermula hingga
menguasai proyek Masjid dan GRC ratusan Masjid di Indonesia hingga kini.
Soal ini saya Maestronya. Ini bukan kesombongan, tetapi ilmu kaligrafi
terapan adalah keahlian saya dan harus saya sampaikan untuk saya bagi
kepada siapa saja yang mau belajar.
Bermula dari keuangan saya
yang menipis, maklum saya dari keluarga yang pas-pasan yang tidak pasti
ortu saya bisa mengirimkan uang bulanan. Bahkan untuk membayar SPP
bulanan dan uang makan yang waktu itu cuma Rp.150.000,- saya nyaris
tidak bisa membayar. Tetapi berkat kebaikan Guru saya ayahanda KH.Didin
Sirojuddin dan Ustaz Bobby Essawwal El Iskandar sebagai pengasuh Lemka
Sukabumi, akhirnya saya mendapatkan keringanan dengan hanya mbayar
Rp.125.000 perbulan karena puasa dalail tahunan juga karena tergolong
Santri kurang mampu.
Tapi bukan ASU ( Assiry Undaan) jika
menyerah dengan keadaan, berbekal ilmu kaligrafi terapan pas-pasan yang
saya dapatkan dari KH.Nur Aufa Shiddiq Kudus (1996-2000), saya mencoba
keliling area Sukabumi, saat di LEMKA libur hari Jumat untuk berjualan
kaligrafi tulisan di lembaran kertas, atau menjual jasa skets wajah.
Alhamdulillah tidak dinyana saat mampir ke sebuah Masjid untuk sholat,
saya iseng-iseng menawarkan Kaligrafi alhamdulillah deal total Rp.
6.650.000 untuk membuat kaligrafi dinding keliling full dengan multiplek
yang juga dibebankan ke saya. Meskipun sangat murah, karena permeternya
harganya kena Rp. 125.000 tetapi lumayanlah setelah saya belanjakan
material beli cat, multiplek dan beaya operasional, kemudian saya
kerjakan bersama teman saya Sofiyan yang asli Sukabumi, jadi tukang
dadakan motong multiplek dengan gergaji seadanya saja meskipun kurang
rapi tetapi semuanya bisa saya atasi. Alhamdulillah, sisanya dana proyek
tersebut masih bisa buat membayar SPP dan untuk membeli perlengkapan
belajar kaligrafi. Meskipun tidak lebih.
Seribu jalan menuju
roma, seperti itulah gambarannya. Sekuat perjuangan saya untuk bisa
belajar kaligrafi hingga harus menggelandang di jalanan pun saya pernah
alami hanya sekadar untuk bertahan hidup. Tidak terasa dari Th.2000
hingga 2007 saya belajar di LEMKA Sulabumi dan menjadi salah satu Master
Kaligrafi juga mengajar. Saat itu saya menorehkan banyak prestasi juara
1 kaligrafi mulai dari tingkat propinsi Jateng, Banten, Jabar, DKI
Jakarta. Saat umur 22 th tepatnya Th.2002 saya berhasil Juara 1 lomba
kaligrafi Tingkat ASEAN. Berkahnya guru-guru saya di Kudus dan LEMKA.
Santri dan pembelajar kaligrafi sekarang mah enak, sudah dicukupi duit
ortunya terkadang belajarnya masih leha-leha dan malas-malasan. Tetapi
ketika ditanya " Pengen sukses jadi pengusaha dan juara kaligrafi?"
"Mauuuu".....! tetapi terkadang jawabnya tidak diiringi dengan
semangatnya untuk belajar dengan sungguh-sungguh.
Kudus, 18 April 2020
Muhammad Assiry.
Respon Cepat